"Maju, Mandiri, Sehat dan Sejahtera" -- selengkapnya... Pemerintah Desa Tedunan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

Artikel

Kain Tenun Tedunan: Kearifan Budaya Lokal Berdaya Saing Global

06 Juli 2023  Muhammad Nur Sihabuddin  569 Kali Dibaca  Berita Lokal

Desa Tedunan adalah salah satu daerah yang terkenal sebagai sentra produksi kain tenun. Terdapat sekitar 288 pengrajin tenun yang saat ini masih aktif memproduksi kain tenun. Kain tenun yang telah diproduksi biasanya dipasarkan ke berbagai daerah seperti Jepara, Solo, Jogja, NTT, dan Bali. Dalam proses pembuatannya, alat tenun yang digunakan pun masih terbilang tradisional. Mayoritas para pengrajin masih menggunakan cara manual dalam memproduksi kain tenun, yaitu menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Ada tantangan tersendiri bagi para pengrajin dalam memproduksi kain tenun. Selain memerlukan keterampilan khusus,  diperlukan tenaga yang kuat dan waktu yang lama dalam mengoperasikan alat tenun. Oleh karena itu, beberapa pengrajin  mencoba memodifikasi alat tenun yang awalnya dioperasikan secara manual,  menjadi dengan bantuan mesin. Salah satu alasan pengrajin tenun memodifikasi alat tenun mereka adalah karena keterbatasan fisik dan alasan efisiensi waktu produksi. Namun, banyak pengrajin yang masih bertahan untuk tetap menggunakan alat tenun tradisional, ATBM, karena beberapa jenis kain memang hanya bisa diproduksi dengan alat tradisional. Umumnya para pengrajin bisa memproduksi 10-15 meter kain per harinya, dengan upah Rp4000 per meter. Mayoritas para pengrajin tenun di Desa Tedunan belajar menenun dari nenek moyang mereka. 

Dalam proses pembuatannya, biasanya benang yang dipakai didatangkan langsung dari India dan ada juga yang asli buatan Indonesia. Menurut sejarah, proses penyebaran Islam di Pulau Jawa turut mempengaruhi berkembangnya kerajinan tenun di daerah Tedunan, Demak. Perkembangan Islam di Pulau Jawa tak lepas dari peristiwa kedatangan para pedagang dari bangsa Gujarat, India. Para pedagang ini membawa komoditas berupa kain. Seiring perkembangannya, pedagang Gujarat ini menetap dan tinggal berdampingan dengan penduduk pribumi. Islam terus berkembang pesat di Pulau Jawa, dengan pusat persebarannya berada di daerah Demak. Perbedaan budaya antara bangsa Gujarat dengan masyarakat Jawa menghasilkan akulturasi budaya, salah satunya adalah berkembangnya kain tenun di wilayah Demak. 

Kain tenun yang diproduksi masyarakat Tedunan memiliki beragam corak dan warna, seperti motif blanket, jangkar, lurik, dan polosan. Para pengrajin biasanya memproduksi kain sesuai dengan permintaan pasar. Tren kain tenun yang banyak diminati saat ini adalah motif blanket. Motif blanket memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan motif tenun lainnya, biasanya motif blanket mengandung corak geometri. Motif blanket banyak diminati karena harganya yang lebih terjangkau dan mudah untuk dipadupadankan menjadi beragam model busana seperti gamis, kemeja, tas, dompet, maupun outer

Proses produksi kain tenun yang masih tradisional menjadi nilai tambah tersendiri. Beberapa motif tenun yang hanya bisa diproduksi dengan ATBM menjadikan kain tenun produksi masyarakat Tedunan memiliki harga jual yang lebih mahal dibandingkan dengan kain tenun yang diproduksi dengan mesin. Selain motif, jenis kain pun mempengaruhi harga jual kain, semakin banyak sisir (kerapatan) kain, maka harganya pun akan semakin mahal karena dalam prosesnya pengrajin membutuhkan waktu yang lebih lama dalam memasukkan benang ke setiap sisir pada alat tenun. Proses memasukkan benang ke sisir tenun ini rata-rata menghabiskan waktu sekitar 2,5-3 jam. Meskipun harganya lebih mahal, pesona kain tenun produksi masyarakat Tedunan ini telah merambah hingga ke luar Jawa. Dari hasil wawancara dengan Bapak Zain, salah satu pengrajin tenun, beliau menyebutkan bahwa kain tenun hasil produksi masyarakat Tedunan sudah dipasarkan hingga ke Bali. Masyarakat Bali umumnya memesan kain tenun untuk memenuhi permintaan dari para wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Keindahan motif kain tenun ini sangat potensial untuk dijadikan sebagai komoditas ekspor.

Kain tenun menyimpan sejarah tersendiri bagi berkembangnya perekonomian masyarakat Tedunan, sekitar 60% masyarakat Desa Tedunan menggantungkan kehidupan mereka dari hasil menenun kain. Meskipun tren pasar kain tenun terkadang naik turun, masyarakat Tedunan tetap konsisten memproduksi kain tenun.  Masyarakat berharap ada dukungan dari pemerintah setempat untuk membantu pengembangan usaha kain tenun ini, selain bantuan modal, para pengrajin berharap pemerintah menyediakan kegiatan sosialisasi mengenai cara pemasaran dan strategi membangun channel agar kain tenun yang diproduksi bisa dipasarkan tidak hanya di wilayah Indonesia, tetapi juga  merambah ke pasar global. Kearifan budaya lokal kain tenun Tedunan ini sangat prospektif untuk dijadikan komoditas ekonomi yang berdaya saing global. Sinergi antara masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan untuk terus mendukung berkembangnya usaha para pengrajin kain tenun di Desa Tedunan.

 

Ditulis oleh: Matus Hanun Az Zahra - Tim KKN-PPM UGM 2023

;

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image  
 

 Keuangan

desa/themes/denatra/widgets/keuangan.blade.php

 Facebook Desa